Senin, 24 September 2012

sejarah Dr. Johannes Leimena

Dr. Johannes Leimena

Dr. Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun). Dirinya, adalah salah satu pahlawan Indonesia. Ia merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri dalam kabinet Republik Indonesia dan satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus. Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966), baik sebagai Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial. Selain itu Leimena juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL ketika ia menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam rangka Trikora. Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Batavia. Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu. Karena adanya perubahan sistim pendidikan kedokteran di Hindia Belanda pada tahun 1927 yaitu STOVIA ditutup dan didirikan GHS (Geneeskunde Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran), maka setelah menempuh setengah pendidikan kedokterannya di STOVIA, ia sempat melanjutkan pendidikan sebagai dokter di GHS itu di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1930. Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930 . Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941. Dizaman Jepang dan Revolusi (1942-1945) bertugas di Rumah Sakit Tanggerang. Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957. Selain di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara. Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, namun ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973. Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ketika Parkindo berfusi dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), Leimena diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini. Pada tanggal 29 Maret 1977, J. Leimena meninggal dunia di Jakarta. Sebagai penghargaan kepada jasa-jasanya, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No 52 TK/2010 pada tahun 2010 memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Dr. Leimena. (Sumber Wikipedia yang diperbaiki).
Foto: Dr Leimena di Kemayoran Jakarta, pada akhir tahun 1947 menyambut kedatangan Horace Merle Cochran dari Amerika Serikat, Cochran selaku ketua Komisi Tiga Negara (KTN). KTN dibentuk dalam rangka perundingan Indonesia-Belanda 1947-1948 (Renville dan Kalurang)

Panitia Kongres Nasional GMKI Temui Rektor Unsrat

Panitia Kongres Nasional GMKI Temui Rektor Unsrat

Manado - Panitia Kongres Nasional Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (), Senin (10/9), menemui , Prof Dr , guna memastikan Auditorium Unsrat sebagai lokasi pelaksanaan kongres tersebut. Hadir dalam pertemuan itu, James Karinda SH MH, selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres GMKI.
Pada kesempatan itu kata Karinda, pihaknya berterima kasih atas kesediaan Rektor Unsrat yang memberikan izin penggunaan Auditorium Unsrat sebagai lokasi acara. ” Kami juga membicarakan beberapa hal lainnya terkait penyelenggaraan Kongres GMKI, termasuk membicarakan konsumsi buat peserta, ” ujar pria yang dikenal sebagai Ketua DPC GAMKI Manado ini.
Sedangkan Rektor Unsrat, Prof Dr Donald Rumokoy, menyatakan, kesediaannya untuk membantu penyelenggaraan acara ini. ” Pokoknya saya siap membantu menyukseskan acara ini. Kita harus menjadi tuan rumah yang baik untuk acara ini, ” ujarnya meyakinkan.

Sejarah GMKI

Sejarah GMKI

Sejarah GMKI
1. Pendahuluan
Lahirnya GMKI diawali dengan terbentuknya Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV op Java) tanggal 28 Desember 1932 di Kaliurang, dengan adanya campur tangan dari Ir C. L. Van Doorn, seorang ahli kehutanan yang mempelajari aspek sosial ekonomi khususnya pertanian dan memperoleh gelar Doktor di bidang ekonomi serta Dominee di bidang theologia.
Kedatangan beliau pada tahun 1921 bertujuan untuk membina pelayanan kerohanian di kalangan mahasiswa dan kehadirannya tidak terlepas dari upaya Federasi Mahasiswa Kristen Sedunia (World Student Christian Federation). Awal pelayanan Van Doorn dimulai dengan kunjungannya kesekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu perguruan tinggi masih hanya di Pulau Jawa saja.
Tahun 1910-1924 didirikan sekolah dokter (STOVIA) di Batavia dan pergururan tinggi lainnya di Bandung, Bogor, dan Surabaya. Tahun 1923 Van Doorn memulai pelayanan langsung di pelayanan mahasiswa bersama J. Leimena, seorang mahasiswa kedokteran STOVIA di Jakarta.
Pelayanan dimulai dari persekutuan PA, kebaktian dan diskusi-diskusi. Tahun 1924 terbentuklah organisasi Christelijke Studenten Vereenging op Batavia (Batavia CSV). Konferensi I dilaksanakan di Bandung dan menetapkan agar setiap tahun diadakan konferensi sejenis dan ditetapkan di Jl. Kebon Sirih 44 Jakarta yang menjadi markas dan pusat kegiatan mahasiswa anggota CSV op Batavia. Memenuhi keputusan Konferensi Bandung maka Konferensi Pemuda Kristen Indonesia II diadakan di Padalarang tahun 1927, ke-III di Bandung tahun 928, ke-IV tahun 1929, ke-V di Merbabu tahun 1930, ke-VI tahun 1931, dan ke-VII di Kaliurang, Yogyakarta tahun 1932. pada konferensi Pemuda Kristen Indonesia ke-VII tahun 1932 tersebut wakil-wakil dar CSV Surabaya, CSV Bandung dan kelompok Hofdate Batavia membentuk suatu CSV gabungan dengan nama Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV op Java). Ketua Umumnya adalah Dr. J. Leimena, Sekretaris Ir. C. L. Van Doorn dan Bendahara Tan Tjei Soei dan naskah penggabungan CSV-CSV tersebut ditandatangani pada tanggal 28 Desember 1932.
Peristiwa penting lainnya berhubungan dengan lahirnya CSV op Java yaitu kedatangan Jhon Mort dan Rugrers tahun 1926 di Jakarta sebagai Sekjen World Student Christian Federation (WSCF), untuk berdialog dengan mahasiswa-mahasiswa Kristen Indonesa dan menghadiri Konferensi Pemuda Kristen yang diselenggarakan di Bandung 18-19 Februari tahun 1926. Pada konferensi itu DR. Kramer dari Badan Penterjemah Alkitab memberikan ceramah dengan topik Peranan Pemuda Kristen dalam Pergerakan Nasional.
Perkembangan dari CSV op Java ini dapat dilihat dari dilaksanakannya Konferensi GMK-GMK se-Asia dimana CSV op Java sebagai tuan rumah pada tahun 1933 di Citeureup dan pada konferensi inilah CSV op Java diterima sebagai Coresponding Member oleh WSCF. Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Walaupun kecil, namun CSV op Java mampu meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang dilanjutkan oleh GMKI.
Masuknya Jepang ke Indonesia mengakhiri eksitensi CSV op Java secara struktural dan organisatoris, karena pendudukan Jepang melarang kegiatan-kegiatan organisasi yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu CSV tidak ada lagi sejak tahun 1942. sepanjang sejarahnya CSV op Java dipimpin oleh Ketua Umum Dr. J. Leimena (1932-1936) dan (1939-1942), dan Mr. Khow (1936-1939), Sekretaris oleh Ir. C. L. Van Doorn (932-1936) dan Sutjipto (1936-1942).
II. PMKI dan CSV Baru
Namun demikian pertemuan terselubung masih sering berlangsung diantara anggotanya di Jakarta. Hari Doa Mahasiswa masih dilakukan di STT Jakarta dan setiap minggu tetap diadakan Bibblekring (Belajar Alkitab) yang dipimpin Sutjipto, Sekjen CSV op Java periode 1936-1942.
Akhir tahun 1945 sesaat setelah Negara kita merdeka, mahasiswa Kristen yang kuliah di fakultas Hukum, Kedokteran, Teknik, dan Theologia berkumpul di Jl. Pegangsaan Timur 27 (STT Jakarta) membentuk wadah Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dipimpin Pengurus Pusat, Dr. J. Leimena bertugas sebagai Menteri Muda Kesehatan maka tugasnya diserahkan kepada Dr. O. E. Engelen, yang dimaksudkan sebagai Pengurus Pusat.
Kegiatan PMKI sebenarnya tidak jauh berbeda dengan CSV op Java, diantaranya adalah diskusi-diskusi dan Penelaahan Alkitab, dengan suasana Revolusi yang pada saat itu mempengaruhi kehidupan PMKI, yang tercermin dari sebagian besar anggota PMKI memihak perjuangan republic dan hal ini merupakan warisan Pimpinan CSV op Java yang memihak solidaritas perjuangan Kebangsaan Indonesia.
Tidak lama setelah PMKI, pada awal tahun 1946 muncul organisasi Kristen yang baru yaitu Christelijke Studenten Vereeniging (CSV) dengan cabang-cabang dikota bogor, bandung, dan Surabaya. Pada hakekatnya pembentukan CSV Baru bukanlah menandingi PMKI, hanya saja CSV Baru ini lebih berorientasi pada “Pemerintah Pendudukan Belanda.”
Berawal dari kehadiran Pdt. Boland melayani di Gereja Kristen Pasundan, pada waktu itu pimpinan PMKI berpendapat bahwa mahasiswa yang memihak Belanda juga perlu dilayani secara rohani, untuk itu Pdt. Boland diminta mengemban tugas terbentuknya CSV Baru.
III. Lahirnya GMKI
Konferensi Meja Bundar (KMB) 1947 di Denhaag berhasil menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda, salah satu keputusannya adalah Pembentukan Indonesia Serikat. Hal ini berarti perbedaan pendapat PMKI dan CSV perlu diselesaikan. Setelah melalui tahapan pembicaraan akhirnya pada tanggal 9 Februari 1950 bertempat di kediaman Dr. J. Leimena (JL. Teuku Umar 36 Jakarta) kedua organisasi mahasiswa Kristen PMKI dan CSV dipersatukan dengan nama GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), yang sesuai dengan pergerakan-pergerakan mahasiswa Kristen lainnya yang bergabung dengan WSCF, dan yang disepakati untuk sementara waktu Dr. J. Leimena diangkat sebagai Ketua Umum sampai diadakannya Kongres I GMKI di Sukabumi (Desember 1950) untuk memilih Pengurus Umum GMKI.
Ketua Umum : Dr. J. Leimena
Penulis Umum : Nn. Mr. Tine A. L. Franz
Bendahara : W. Makaliwy
Pada kepengurusan awal GMKI hanya terdiri dari 5 (lima) cabang yaitu Jakarta (181 orang), Bandung (187 orang), Yogyakarta (40 orang), Surabaya (64 orang), dan Makasar (9 orang). Kelima cabang ini mengadakan Kongres II bulan Oktober 1952 di Sukabumi, dan berhasil menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan mulai menetapkan tema-tema tertentu untuk setiap kongresnya.
Tahun 1953, berdirinya GMKI cabang Bogor dan Medan tercatat anggota GMKI di ketujuh cabang berjumlah 1099 orang. Tahun 1953 ini pula GMKI melalui General Asembly WSCF di nasrapur, India, resmi menjadi Affiliated Movement dari WSCF. Untuk tahun berikutnya hingga tahun 1960 merupakan fase perkembangan seperti pelaksanaan Kongres VI di Sukabumi diadakan perubahan periodeisasi Pengurus Umum menjadi 2 tahun.
Pada Konferensi dan Kongres VIII pada Juli 1961 di Surabaya dengan tema “Panggilan Kita” masalah konsolidasi organisasi hangat dibicarakan. Terjadi perubahan terhadap struktur organisasi secara besar-besaran dalam pemberlakuan AD/ART yang baru. Perubahan organisasi tersebut yaitu system desentralisasi diganti menjadi sistem sentralisasi, yang diadakan pembagian regional cabang, serta rumusan-rumusan pada pelayanan dan garis panggilan umum.
Kongres XI Makele, Tanah Toraja, tercatat GMKI memiliki 76 cabang diseluruh Indonesa yang dibagi dalam 12 daerah pelayanan yang dikoordinir oleh Koordinator Daerah (KORDA). Perubahan situasi politik, social dan ekonomi Indonesia pada masa konsolidasi GMKI membawa GMKI kepada suatu pernyataan pada Kongres XII GMKI di Kupang yaitu “HERE AM I, SEND ME”.
Pada tahun 1970-an sampai sekarang telah terjadi beberapa hal penting antara lain:
• Pembenahan dan evaluasi terhadap cabang yang tidak lagi berfungsi, beberapa diantaranya dibubarkan dan dibentuk cabang-cabang baru dikota-kota Perguruan Tinggi (PT) yang dianggap strategis. Hingga tahun 1994, tercatat 46 cabang GMKI dan 8 calon yang bakal calon cabang di Indonesia.
• Pengkaderan di GMKI tercetus pada Kongres XV GMKI di Palembang, dengan dibentuknya Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Kader GMKI.
• Terjadinya perubahan terhadap Anggaran Dasar GMKI pada Kongres XX di Palangkaraya. Dengan mengacu pada UU No. 08 tahun 1985, perubahan terjadi pada pasal 2 AD GMKI dengan dicantumkannya Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
KONGRES WAKTU TEMPAT
Kongres I Desember 1950 Sukabumi
Kongres II Oktober 1952 Sukabumi
Kongres III Desember 1953 Yogyakarta
Kongres IV 31 Oktober-7 November 1954 Prigen-Surabaya
Kongres V 16-23 Oktober 1955 Bandung
Kongres VI Desember 1956 Sukabumi
Kongres VII 5-9 April 1959 Yogyakarta
Kongres VIII 18-28 Juli 1961 Surabaya
Kongres IX 18-29 Agustus 1963 Pematang Siantar
Kongres X 12-28 September 1965 Manado
Kongres XI 17-30 September 1967 Makale-Tanah Toraja
Kongres XII 29 Januari-9 Februari 1970 Kupang
Kongres XIII Februari 1972 Malang
Kongres XIV Mei 1974 Jakarta
Kongres XV Mei 1976 Palembang
Kongres XVI Juli 1978 Ujung pandang
Kongres XVII Agustus 1980 Jakarta
Kongres XVIII September 1982 Medan
Kongres XIX 24 September-2 Oktober 1984 Salatiga
Kongres XX Oktober 1986 Palangkaraya
Kongres XXI Oktober 1988 Bandung
Kongres XXII 21-31 Oktober 1990 Jayapura
Kongres XXIII 21-31 Oktober 1992 Tomohon
Kongres XXIV 14-24 September 1994 Pekanbaru
Kongres XXV September 1996 Ambon
Kongres XXVI 16-21 Oktober 1998 Palu
Kongres XXVII November 2000 Bali
Kongres XXVIII 8-14 November 2002 Minahasa

V. Pengurus pusat GMKI dari Periode ke Periode
1. Antara pembentukan sampai Kongres I (1950)
Ketua Umum : Dr. J. Leimena
Pelaksana : Dr. O. E. Engelan
1. Periode 1951
Ketua Umum : Dr. J. E. Siregar
Penulis Umum : Nn. Mr. Tine A. L. Franz
2. Periode 1953-1954
Ketua Umum : Nn. A. L. Tamaela
Wakil Ketua Umum : Dr. J. E. Siregar
Panitra Umum I : Ihromi
Panitra Umum II : A. D. Patianom
3. Periode 1954-1955
Ketua Umum : Dr. J. E. Siregar
Wakil Ketua I : Ir. Liem Swat Nie
Waki Ketua II : W. B. Sijabat
Penulis Umum I : Ds. Ihromi
Penulis Umum II : Sabam Siagian
4. Periode 1955-1956
Ketua Umum : Sabam Siagian
Wakil Ketua I : Ds. Ihromi
Wakil Ketua II : Herdin Panggabean
Penulis Umum I : Fridolin Ukur
Penulis Umum II : Liem Kiem Yang
5. Periode 1956-1958
Ketua Umum : Winanto
Wakil Ketua I : Ie Nyoek San
Wakil Ketua II : Tapi Omas Simatupang
Penulis Umum I : Sabam Siagian
Penulis Umum II : Liem Kiem Yang/ Sutarno
6. Periode 1959-1961
Ketua umum : Binsar H. Siburian
Sekjen : Sutarno
7. Periode 1961-1963
Ketua Umum : Wim Montolalu
Wakil Ketua I : Dr. Peter Sumbung
Wakil Ketua II : Pak Hiem Liang
Penulis Umum I : Kilian Sihotang
Penulis Umum II : Pontas Nasution/ H. Hutabarat
8. Periode 1963-1965
Ketua Umum : Dr. Peter Sumbung
Ketua : Pontas Nasution
Ketua : Willy Toisuta
Sekjen : Kilian Sihotang
Wakil Sekjen : Drs. Hamonangan Hutabarat (1964 berhenti)
Wakil Sekjen : Jootje Woworuntu
9. Periode 1965-1967
Ketua Umum : Kilian Sihotang
Ketua : Frs. Supardan
Ketua : Drs. Binsar Sianipar
Ketua : Drs. Willy Toisuta
Ketua : Vera Tung
Sekjen : Nanase Nalo, S.Th
Wakil Sekjen : Jhony Simajuntak
10. Periode 1967-1969
Ketua umum : Drs. Binsar Sianipar
Ketua : Drs. Willy Toisuta (1968 diganti Ir. Asi. H. Napitupulu)
Ketua : Drs. Jhony Simajuntak
Ketua : Dulianti, SH
Sekjen : Drs. Supardan
Wakil Sekjen : Amir Sirait
11. Periode 1970-1972
Ketua umum : Drs. Binsar Sianipar
Ketua : Lucas Luntungan
Ketua : Hans Nainggolan
Ketua : Natigor Nainggolan
Sekjen : Tjoa Giok Tjoen, S. Th
Wakil Sekjen : Jannes Hutagalung
12. periode 1972-1974
Ketua umum : Ir. Natigor Siagian
Ketua : Arlina Gunarya
Ketua : Ir. Bungaran Saragih
Ketua : Drs. Jannes Hutagalung
Sekjen : Drs. Lucas Luntungan
Wakil Sekjen : Tarianto
13. Periode 1974-1976
Ketua umum : Ir. Natigor Siagian
Ketua : Drs. Arlina Gunarya
Ketua : Ir. Ngentem Sinulingga
Sekjen : Shirati Syafei, S. Th
Wakil Sekjen : Tarianto, BA
14. Periode 1976-1978
Ketua Umum : Shiranto Syafei, S. Th
Ketua : Henriette M. Katoppo
Ketua : Rusman Lumbantoruan
Ketua : Ungun Hutagalung
Sekjen : Tony Waworuntu
Wakil Sekjen : Hetty Siagian
15. Periode 1978-1980
Ketua Umum : Tony Waworuntu
Ketua : Jhon Pieris
Ketua : Dr. Sukowaluyo
Ketua : Ignatius Onduko
Sekjen : Frans Allorerung
16. Periode 1980-1982
Ketua Umum : Frans Allorerung
Ketua : Ignatius Onduko
Ketua : Alex F. Litaay
Ketua : Drs. Yohan Sanggelorang
Sekjen : Togi Simatupang
Wakil Sekjen : Polly Wowor
17. Periode 1982-1984
Ketua Umum : Drs. Yohan Sanggelorang
Ketua : Alex F. Litaay
Ketua : Drs. Parluhutan Hutahaean
Ketua : Liesje A. Sumampow, S. Th
Sekretaris Umum : Drs. Sunggul Siahaan
Wakil SekUm : Ir. Bosmen H. Silalahi
18. Periode 1984-1986
Ketua Umum : Drs. Sunggul Siahaan
Sekretaris Umum : Pdt. Dicky Mailoa, S. Th
19. Periode 1986-1988
Ketua Umum : Ir. Robert Sitorus
Sekretaris Umum : Drs. Nikolas Hasibuan
20. Periode 1988-1990
Ketua Umum : Drs. Nikolas Hasibuan
Sekretaris Umum : Baltasar Tarigan
21. Periode 1990-1992
Ketua Umum : Drs. Marim Purba
Sekretaris Umum : Nus M. Liur, S. PAK
22. Periode 1992-1994
Ketua Umum : Drs. Imanuel Blegur
Sekretaris Umum : Drs. Hamonangan Aritonang
23. Periode 1994-1996
Ketua Umum : Drs. Imanuel Blegur
Sekretaris Umum : Audy Wuisang, S. Th
24. Periode 1996-1998
Ketua Umum : Ir. Edward Tanari, Msi
Sekretaris Umum : Barita LH Simajuntak, SH
25. Periode 1998-2000
Ketua Umum : Barita LH Simajuntak, SH
Sekretaris Umum : Reynal Rante Parapak
26. Periode 2000-2002
Ketua Umum : Ir. David Pajung
Sekretaris Umum : Dominggus Stanley Noya, SE
27. Periode 2002-2004
Ketua Umum : Andre Manusiwa, SE
Sekretaris Umum : Nini Nayoan, S. Th
28. Periode 2004-2006
Ketua Umum : Kenly Poluan, S. Pd
Sekretaris Umum : Ganda Situmorang, S. Si